Mastering Flat Bottom Dripper dan Sejarahnya

Sejarah Flat Bottom Dripper: Dari Inovasi Ibu Rumah Tangga Hingga Modernisasi

Kopi seduh (pour-over) telah mengalami banyak evolusi, salah satunya berkat penemuan flat bottom dripper. Awalnya, teknik ini dimulai di Jerman pada tahun 1908 oleh Melitta Bentz, seorang ibu rumah tangga yang ingin menyeduh kopi dengan lebih mudah dan bersih. Ia menciptakan filter kertas berbentuk trapesium yang ditempatkan dalam wadah berlubang, sehingga menghasilkan seduhan yang lebih bersih tanpa ampas.

Filter buatan Melitta ini menjadi cikal bakal semi-immersion dripper, di mana kopi tidak sepenuhnya terendam seperti French Press, tetapi juga tidak sepenuhnya mengalir cepat seperti cone dripper. Metode ini sangat simpel, hanya membutuhkan blooming (pengembangan awal) dan satu kali tuang, sehingga cocok untuk pemula dan ibu rumah tangga.

Perkembangan Flat Bottom Modern: Kehadiran Wave Filter

Jika Melitta menggunakan filter datar biasa, perkembangan terbaru datang dengan wave flat bottom filter seperti Kalita Wave. Filter ini memiliki alur bergelombang yang membantu:

  • Draw down relatif lebih cepat – Air mengalir lebih merata tanpa hambatan.
  • Kontrol air lebih baik – Distribusi ekstraksi lebih konsisten dibanding cone dripper, karena air tidak langsung cepat turun melewati nozzle tapi tertahan di bagian bawah yang datar.
  • Repeatable (mudah diulang) – Cocok untuk pemula karena minim variasi.

Karena bentuknya yang datar, flat bottom dripper memastikan extraksi lebih merata karena air menyentuh seluruh permukaan kopi secara seimbang.

Resep Flat Bottom Dripper: 3-Step Equal Pour (Contoh Kalita Wave 155)

Salah satu resep favorit saya untuk flat bottom adalah 3-step equal pour, yang memberikan keseimbangan antara kejelasan (clarity) dan body.

Alat & Bahan:

  • Dripper: Kalita Wave 155
  • Kopi: 10 gram (medium grind, 700-900 mikron size)
  • Air: 150 ml (suhu 92-96°C)
  • Waktu Seduh: ~2:00 – 2:30 menit

Langkah-langkah:

  1. Bloom (0:00 – 0:30) – Tuang 50 ml air, pastikan semua kopi basah. Biarkan CO₂ keluar.
  2. First Pour (0:30 – 1:00) – Tambah 50 ml dengan gerakan spiral.
  3. Second Pour (1:00 – 1:30) – Tuang 50 ml terakhir, pastikan air tidak menggenang.
  4. Draw Down (1:30 – 2:30) – Biarkan air turun hingga dasar.

Total Rasio: 1:15 (10g kopi : 150ml air), sedikit tips jika rasa kopi terasa lebih pekat dapat diadjust kepekatan dengan sistim bypass air atau topping up dengan fresh hot water.

Tips Tambahan untuk Flat Bottom Dripper

  • Kurangi Step (Less Pulse = Lebih Balance) – Terlalu banyak tuangan kecil bisa menyebabkan over-extraction. Lebih baik gunakan 2-3 step besar untuk hasil yang lebih bersih.
  • Grind Size Adjustable – Jika draw down terlalu cepat, giling lebih halus. Jika terlalu lambat, giling lebih kasar, check total brew time baiknya berkisar antara 2:00-3:00 menit.
  • Gunakan Air Berkualitas – Air dengan TDS 10-70 ppm ideal untuk ekstraksi optimal.

Kesimpulan

Flat bottom dripper adalah pilihan terbaik untuk pemula dan profesional karena konsistensi, kontrol ekstraksi, dan kemudahan pengulangan. Dari Melitta hingga Kalita Wave, inovasi terus berkembang, tetapi prinsipnya tetap sama: seduhan yang seimbang dan mudah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *