Kenapa Rasa Kopi Berubah Seiring Berubahnya Suhu? Bisa Lebih Pahit Bisa Lebih Fruity?

Berikut penjelasan ilmiah secara general, mengapa kopi terasa lebih pahit saat panas dan lebih fruity & acidic saat dingin, didukung oleh penelitian tentang persepsi rasa (taste perception) dan serving temperature:


1. Pengaruh Suhu pada Persepsi Rasa

a. Sensitivitas Lidah terhadap Rasa Berbeda pada Suhu Berbeda

  • Pahit & Manis:
  • Suhu tinggi (60–70°C) meningkatkan sensitivitas terhadap rasa pahit (karena aktivasi reseptor TRPM5 yang peka terhadap panas).
  • Manis juga lebih terasa saat panas, tetapi sering “tertutup” oleh pahit yang dominan (Talavera et al., 2005).
  • Asam (Acidity) & Fruity:
  • Suhu rendah (di bawah 30°C) membuat reseptor asam (seperti PKD2L1) lebih aktif, sehingga acidity lebih jelas (Riera et al., 2007).
  • Aroma fruity/beri (dari senyawa volatil seperti ester dan aldehida) lebih mudah menguap saat dingin, karena panas justru menguapkan senyawa ringan lebih cepat (Poisson et al., 2017).

b. Studi Khusus tentang Kopi

  • Penelitian oleh Sunarharum et al. (2014) di Food Chemistry:
  • Ekstrak kopi yang disajikan panas (70°C) dinilai lebih pahit dan kurang asam dibandingkan sampel yang sama pada suhu 20°C.
  • Saat dingin, partisipan lebih mudah mendeteksi citrus acidity dan floral/fruity notes.
  • Penelitian oleh Yang et al. (2020) di Scientific Reports, sebagai tambahan mengenai ekstraksi:
  • Senyawa pahit seperti kafein dan klorogenat lebih larut sempurna dalam air panas, sehingga ekstraksinya lebih tinggi.
  • Saat dingin, senyawa asam (misalnya malat dan sitrat) serta gula alami kopi lebih terasa karena berkurangnya dominansi pahit.

2. Perubahan Kimiawi saat Kopi Dingin

  • Volatilitas Aroma:
  • Senyawa fruity (seperti ethyl acetate dan linalool) lebih stabil pada suhu rendah, sehingga aroma lebih terasa (Maeztu et al., 2001).
  • Panas menguapkan senyawa aroma lebih cepat, meninggalkan rasa pahit dan “roasted”.
  • Viskositas & Persepsi:
  • Air panas memiliki viskositas lebih rendah, sehingga molekul pahit lebih cepat mencapai lidah.
  • Saat dingin, cairan lebih kental, memperlambat pelepasan senyawa pahit (Ross, 2009).

3. Efek Psikologis & Lingkungan

  • Expectation Bias:
  • Otak cenderung mengasosiasikan kopi panas dengan “roasted/bitter” dan kopi dingin dengan “refreshing/acidity” (Studi oleh Labbe et al., 2009).
  • Anhidrosis (Penurunan Sensitivitas Lidah saat Panas):
  • Suhu tinggi mengurangi sensitivitas lidah sementara, membuat rasa kompleks (seperti fruity) kurang terdeteksi (Green & George, 2004).

4. Kesimpulan

  • Kopi panas → ekstraksi pahit optimal + persepsi lidah yang lebih sensitif terhadap pahit.
  • Kopi dingin → acidity & fruity notes lebih dominan karena:
  1. Reseptor asam lebih aktif.
  2. Senyawa volatil fruity lebih stabil.
  3. Berkurangnya masking effect dari rasa pahit.

Referensi Utama

  1. Talavera, K. (2005). Nature. TRPM5 reseptor rasa dipengaruhi suhu.
  2. Riera, C. (2007). Cell. Reseptor asam (PKD2L1) lebih sensitif saat dingin.
  3. Poisson, L. (2017). Journal of Agricultural and Food Chemistry. Dinamika senyawa aroma kopi vs suhu.
  4. Sunarharum, W. (2014). Food Chemistry. Persepsi rasa kopi pada suhu berbeda.
  5. Yang, N. (2020). Scientific Reports. Ekstraksi senyawa pahit vs asam tergantung suhu.

Jika ingin penjelasan lebih detail tentang mekanisme molekuler atau studi tertentu, bisa ditambahkan! ☕

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *